Bagaimana Bisa AI Membunuh Perusahaan

 


Kalau sebelumnya kita pank gara-gara chat GPT bisa mengambil alih pekerjaan kita, sekarang saatnya kita panik gara-gara generasi AI seperti chat GPT bisa membuat perusahaan kita bangkrut. Fenomena ini sudah terjadi di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan yang rentan terhadap disrupsi AI yang sudah mulai gulung tikar, hal ini sama bisa terjadi di Indonesia. Kok bisa Chat GPT bikin bangkrut sebuah Perusahaan? sektor mana sih yang akan terdampak dan apa yang harus kita lakukan?.


Bagian I | Sang Pembunuh Perusahaan

Awalnya chat GPT hanya dianggap sebagai alat bantu untuk menyelesaikan tugas kita sehari-hari. Banyak orang memanfaatkannya untuk mempermudah pekerjaan kecil seperti menulis, mencari ide, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Tapi perlahan-lahan teknologi ini mulai mengancam eksistensi sebuah perusahaan. Ancaman itu sudah terasa di Amerika Serikat. Misalnya seperti dialami oleh Chegg, perusahaan bimbingan belajar online cek telah kehilangan lebih dari separuh pelanggannya yang beralih menggunakan AI Chat boot gratisan seperti Chat GPT. Saham Chegg jatuh hampir 95% dan terpaksa memPHK seperempat karyawannya.

Kasus Chegg seperti fenomena bibit gelombang perubahan gelombang itu terus membesar, memucak dan kemudian menelan korban-korban lainnya. Termasuk stake overflow andalan para programmer. Mereka kehilangan setengah penggunanya karena banyak program telah memilih Chat GPT atau Git hub Copilot yang mampu memberikan solusi instan. Begitupun dengan Perusahaan terjemah professional seperti RWS, pendapatan mereka terus menurun karena kliennya beralih ke teknologi AI yang lebih ekonomis, sebelumnya ketiga perusahaan itu dianggap kokoh dan stabil tapi sekarang mereka harus menghadapi kenyataan pahit, AI telah menggantikan peran mereka.

Perusahaan-perusaan di Indonesia harus mulai waspada sebab kita tidak luput dari ancaman yang serupa, adopsi teknologi AI di negeri kita bergerak dengan cepat, survei Populix pada April 2023 mengungkapkan, 45% pekerja dan pengusaha sudah memanfaatkan aplikasi berbasis AI untuk menunjang pekerjaan mereka. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah penggunakan Chat GPT terbanyak di dunia. Bagaimana agar Perusahaan kita tidak bernasib sama seperti Chegg stake overflow atau RWS? Kita akan mulai mencari tahu dulu kesamaan dari para korban chat GPT

Bagian II | Bukan Sekedar Asisten

Chat GPT diluncurkan pada November 2022, saat itu orang-orang melihat sebagai alat teknologi biasa, siapapun bisa memanfaatkan untuk menulis tugas, mencari ide, atau sekedar mendapatkan jawaban dengan cepat. Bahkan bagi sam alitmand CEO Open  Chat GPT adalah eksperimen besar untuk belajar dari para penggunanya

Jadi semula teknologi ini diangap tidak akan mengganggu dunia bisnis, kalangan bisnis melihat bukan sebagai ancaman bagi model bisnis mereka, namun Chat GPT kemudian berkembang dengan sangat-sangat cepat. Kemampuannya semakin pintar dan semakin serba bisa sampai tahapan perkembangan tertentu AI dianggap ancaman terhadap pekerjaan, bukan bagi Perusahaan, bahkan perusahaan teknologi ini bisa membantu efisiensi pergerakannya dengan mengurangi tenaga kerja misalnya, ga heran jika Word Economic Forum memperkirakan 2027 jumlah lapangan kerja global diperkirakan akan berkurang 14 juta, turun dari 83 juta menjadi 69 juta.

AI mengancam pekerja rutin seperti pencatatan entry data administrasi, intinya pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak kreatifitas atau pengambilan Keputusan yang kompleks berarti enggak hanya di sektor administrasinya, tapi juga di sektor pelayanan, pelanggan dan logistic. Fenomena ini menimbulkan kecemasan di Indonesia, hasil sirvei populix mengungkapkanm lebih dari 55% reponden mengaku khawatir pekerjaan mereka akan di gantikan oleh AI.

Bagian III | Membunuh Dalam Senyap

Namun di Amerika menariknya ternyata distrupsi Chat GPT bukan hanya mengancam pekerjaan, melainkan juga Perusahaan. Semasa pandemi 2021, jumpah pelanggan Chegg Perusahaan teknologi Pendidikan di Amerika melonjak drastis. Pelayanan mereka memang lengkap, mulai dari membantu menjawab soal, memberikan panduan belajar, hinga konsultasi dengan para ahli. Waktu itu Chegg perkasa harga sahannya mencapati 100USD per lembarnya. Tapi setelah itu, ia di goyang oleh Chat GPT dan mereka runtuh gara-gara pelanggan Chegg kepincut chat GPT dalam tempo singkat, 500 ribu pelanggan meninggalkan cek harga sahamnya langsung anjlok dari 100USD jadi hanya sekitar 1 USD per lembarnya

Sebetulnya di tahun 2022, beberapa karyawan sudah mengingatkan supaya Chegg mengembangkan teknologi sejenisnya. Sayangnya manajemen Chegg menganggap enteng, mereka yakit chat bot seperti chat gpt itu masih sering salah dan karena itu tidak bisanya menyanyi layanan mereka nggak makan waktu lama, akhirnya melibas Chegg di mata penggunanya. Chegg anggak sendirian, ada juga stake overflow ini adalah platform favorit para programmer, Ketika mencari Solusi kode mereka pun terlibas pada penggunannya sudah beralih menggunakan Chat GPT dan github atau Copilot kedua AI itu bisa langsung memberikan jawaban dan menghasilkan kode bahkan bisa memperbaiki error dengan cepat. Pengunjung stake overflowpun turun tinggal tersisa setengahnya dalam dua tahun ini. Terpaksa mereka pun memangkas sepertiga karyawannya.

Pengalaman yang serupa di alami RWS perusahaan layanan terjemahan professional ini kehilangan pijakan banyak kliennya beralih ke teknologi AI, alasannya karena mereka tidak perlu lagi membayar layanan professional dalam 6 bulan pertama 2023 pendapatan RWS turun 4%, keuntungan anjlok hinggal 16%, sedangkan sahamnya jatuh lebih dari 50%, tragisnya CEO mereka pun memutuskan untuk mundur, Elon Musk menyebut fenomena ini sebagai Death by LLM.

Fenomena ini menggambarkan bagaimana teknologi berbasis model bahasa seperti chat GPT perlahan mempu menggeser bisnis tradisional di berbagai sektor.

Bagian IV | Autopsi Korban ChatGpt

Kalau di perhatikan Chegg menjadi korban cha gpt karena sektor Pendidikan mamang sasaran empuk teknologi pasar bisnis pendidikan besar dan beragam melayani kebutuhan mulai dari siswa sekolah hingga professional. Di lahan inilah tumbuh layanan bimbingan belajar tradisional, tapi layanan ini sering dianggap kurang fleksibel, mahal dan juga lambat.

Melalui celah kelemahan itulah chat GPT kemudian masuk, AI ini menawarkan solusi yang lebih praktis dengan menjawab soal membantu melalui materi hingga menulis esai, dalam hitungan detik, biayanya jauh lebih kecil atau bahkan gratis. Faktor efesiensi itulah yang membuat banyak pelajar meninggalkan layanan bimble daring

Kemampuan chat gpt sebetulnya tidak mengenal batas sectoral, dia bisa menyerang berbagai sektor bisnis dan kalau di perhatikan perusahaan-perusahaan yang terpukul adalah mereka yang bergerak di bidang pekerjaannya yang mudah di gantikan AI layanan seperti menjawab sola menulis kode atau menterjmahkan teks bisa dilakukan chat gpt dengan cepat cukup akurat dan bahkan tak kalah penting lebih murah. Kesalahan kecil yang dilakukan AI di bidang Pendidikan, coding atau terjemahan masih bisa di tolelir, kalau kode yang dihasilkan error programkan tinggal memperbaikinya, kalau terjemahan kurang pas, pengguna bisa editi dikit lah. Bahkan di dunia Pendidikan, jawaban soal atau esai yang kurang sempurkan tetap bisa berguna sebagai panduan awal, ini berbeda dengan sektor hukum, misalnya atau Kesehatan misalnya. Nah di bidang-bidang itu, kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal. Maka para penggunanya masih lebih berhati-hati dalam mengadopsi teknologi AI

Perusahaan yang paling mudah terdistrubsi AI adalah yang layanannya bisa di gantikan AI tanpa banyak perubahan seperti Chegg, stake overflow, dan RWS. Sedangkan bisnis yang membutuhkan expertise khusus dan sentuhan personal masih relative aman, walaupun bukan berarti mereka tidak terkena daba AI sama sekali. Karena kalaupun perusahaanya aman, banyak pekerjaan di Perusahaan tersebut yang akan tergantikan oleh AI.

Bagian V | Belajar Dari Duolingo

Bagaimana supaya Perusahaan kita bisa menari di atas gelombang distrubsi AI, kuncinya ada pada adaptasi dan inovasi yang cerdas, perusahaan yang tidak beradaptasi dan hanya bertahan dengan model lama akan kesulitan. Sedangkan mereka yang mau memanfaatkan teknologi AI untuk memperkuat layanan distrupsi justru bisa menjadi peluang emas, contoh yang dapat dipelajari adalah duo linggo, ini adalah aplikasi belajar Bahasa yang mampu membalikkan ancaman AI menjadi keuntungan bisnis yang besar, kita tahu chat GPT bisa jadi tutor Bahasa asing. Itu sebabnya Duoligo sebenarnya rentan terhadap disrubsi AI. Tapi Duolinggo justru memanfaatkan Ai mereka mencipkatan lily sebuaah karakter EA yang menarik dengan rambutnya yang ungu.

Bersama lily, para pengguna bisa mempraktekkan keterampulan berbicara dengan lebih realistis. Mereka juga memperoleh pengalaman belajar yang menyalahkan dan unik

Inovasi ini langsung menarik perhatian, termasuk dari para investor, pada November 2023 lily menjadi pembawa laporan keuangan Perusahaan dalam Earlning call dualinggo. Presentasi ini kreatif dan penuh sentuhan AI dan membuat para analis dan investor jadi terkesan hasilnya bebeapa hari kemudian harga saham dualinggo pun melonjak 6%

Dualigo telah buktikan bahwa untuk menghadapi disrupsi AI, masalahnya bukan hanya soal pertahanan melainkan bagaimana menemukan cara untuk tetap relevan dan menarik, ini sebuah Pelajaran penting bagi kita. Dengan memanfaatkan teknologi secara kreatif ancaman disrupsi justru bisa diubah menjadi peluang.

Bagian VI | Tiga Pelajaran Penting

Dari jatuhnya beberapa korban Chat GPT, kita bisa memetik 3 pelajaran :

1.       AI bukan lagi sekerdat alat bantu, AI mampu menggantikan bisnis atau layanan tradisional yang sebelumnya dianggap stabil, ini mengingatkan kita semua untuk selalu waspada terhadap perubahan atau perkembangan teknologi

2.       Kalau produk atau layanan bisnis kita tidak bisa mengalahkan AI, maka manfaatkan AI itu duolinggo tentu sadar akan ancaman AI yang bisa menggantikan fungsi tutor Bahasa. Namun, alih-alih melawan atau menyerah, dualinggo justru menjadikan AI sebagai fitur tambahan yang memberikan nilai tambah bagi pelanggannya.

3.       Kita Kembali diingatkan bahwa yang hebat bukanlah siapa yang lebih kuat, tetapi siapa yang mampu beradaptasi. Bagi yang berani berinovasi dan menghadapi tantangan. AI bisa jadi peluang emas untuk berkembang lebih jauh. Tapi bagi mereka yang hanya bertahan dengan cara yang lama, resiko tergilas akan semakin besar.

     Dengan hadirnya AI, dunia bergerak dan berubah semakin cepat. Jangan hanya berlari mengikuti tren, berhentilah sejenak untuk melihat lebih dalam mengevaluasi posisi kita dalam teraktori jangka Panjang, karena siapa yang mampu membaca arah perubahan dengan jeli dan tetap lincah memainkan perannya, dialah yang akan selalu punya tempat di masa depan

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama